Yan Zhenqing (Hanzi: 颜真卿,
709-785) adalah seorang pejabat setia dan ahli kaligrafi pada
pertengahan Dinasti Tang. Prestasinya dalam seni kaligrafi Tiongkok
sejajar dengan para ahli kaligrafi ulung dalam sejarah. Gaya tulisannya,
yaitu Gaya Yan, banyak ditiru oleh para pencinta seni kaligrafi hingga
kini. Yan menemui ajalnya dengan mulia saat menjalankan tugas
terakhirnya sebagai utusan kekaisaran Tang untuk bernegosiasi dengan
pemberontak.
**
Kehidupan awal
Yan
Zhenqing dilahirkan di Linyi, Provinsi Shandong dari keluarga yang
berpendidikan dan telah menjadi pejabat negara selama beberapa generasi.
Kakek buyutnya, Yan Shigu, adalah seorang ahli linguistik terkenal,
sementara ayahnya, Yan Weizhen, adalah guru pembimbing para pangeran
Tang dan juga ahli kaligrafi. Dibawah pengaruh tradisi keluarga dan
bimbingan ibunya, Nyonya Yin, yang tegas, Yan tumbuh sebagai seorang
pekerja keras, ia menguasai karya-karya literatur dan ajaran Konfusius.
Tahun
734, Yan lulus ujian kekaisaran dan mendapat gelar Jinshi (gelar
akademis tertinggi saat itu, seperti gelar doktoral pada masa kini). Ia
memperoleh kesempatan langka untuk mengikuti ujian khusus yang
diselenggarakan bagi mereka yang memiliki kemampuan lebih dari yang lain
dan ia lulus dengan baik dalam ujian ini. Dengan latar belakang
akademisnya yang menonjol, karirnya dalam politik melesat dengan cepat.
Ia diangkat sebagai wakil kepala daerah Distrik Linquan, juru sensor,
dan juru sensor istana. Kejujuran dan keterusterangannya membuatnya
dicintai oleh rakyat namun dibenci oleh para pejabat korup terutama Yang
Guozhong, si perdana menteri korup sehingga ia akhirnya disingkirkan
dari ibukota dan diberi jabatan sebagai gubernur Pingyuan tahun 753.
**
Pemberontakan An Lushan
Ketika
Yan menjabat sebagai gubernur Pingyuan, An Lushan, gubernur militer
beretnis Turki, yang meraih kepercayaan Kaisar Tang Xuanzong karena
pintar menjilat, telah menunjukkan tanda-tanda akan berontak. Yan telah
mencium gelagat ini sehingga ia membuat persiapan-persiapan perang
seperti membentengi kota dengan kokoh dan mengumpulkan persediaan. Ia
juga mengirimkan surat peringatan darurat kepada kaisar, namun tidak
dihiraukan pihak istana.
Desember
755, An Lushan dan Shi Siming mengangkat senjata dan memberontak
terhadap Dinasti Tang sebagai puncak perselisihan antara An dengan Yang
Guozhong yang membantai keluarga An. Pasukan Tang yang minim persiapan
perang mundur tanpa perlawanan berarti dari wilayah Heshuo (sekarang
meliputi Shandong, Hebei, dan Henan). Hanya pasukan dibawah Yan Zhenqing
yang bertahan dengan gigih di Pingyuan. Ia kemudian bergabung dengan
pasukan yang dipimpin sepupunya, Yan Gaoqing, gubernur Changshan
(sekarang Quyang, Hebei) dan menyerbu garis belakang pasukan
pemberontak. Belakangan, dalam suatu pertempuran Yan Gaoqing gugur
sebagai pahlawan. Kaisar yang saat itu telah melarikan diri dari ibukota
dan mendirikan pemerintahan pengasingan di Sichuan mengangkat Yan
sebagai deputi mentri keuangan serta melimpahkan padanya kekuasaan
militer untuk mendampingi Jenderal Li Guangbi menumpas pemberontakan.
Kemudian
Yan meraih sejumlah kemenangan atas pemberontak, termasuk memotong
jalur logistik mereka dan merebut kembali lebih dari 17 pos-pos militer
di Heshuo. Tahun 756, Kaisar Tang Suzong naik tahta dan mempromosikan
Yan sebagai menteri pekerjaan. Karena buruknya manajemen militer pasukan
Tang, An Lushan berhasil merebut Hebei dengan serangan dadakan. Yan
dengan berat hati meninggalkan jabatannya untuk menangkis serbuan itu,
ia baru kembali pada jabatannya tahun 757. Kemudian ia diangkat sebagai
menteri hukum. Ia sangat vokal menentang korupsi di tingkat pejabat
tinggi sehingga berulang kali jabatannya mengalami turun naik.
**
Tahun-tahun terakhir
Tahun
764, Kaisar Tang Daizong menganugerahi Yan gelar Adipati Lu atas
kesetiaan dan jasa-jasanya dalam menumpas pemberontakan An Lushan, ia
juga diangkat sebagai guru besar istana yang bertugas membimbing putra
mahkota. Namun sifatnya yang keras kepala dan pendiriannya yang teguh
tidak disukai oleh perdana menteri Lu Qi yang selalu mencari cara untuk
menjatuhkannya.
Tahun
784, pada masa pemerintahan Kaisar Tang Dezong, Li Xilie, gubernur
militer Huaixi, memberontak dan menyebabkan kepanikan di ibukota. Lu
membujuk kaisar untuk mengirim Yan untuk bernegosiasi dengan Li Xilie di
Xuzhou dengan harapan Li akan membunuhnya. Kaisar pun memerintahkan Yan
untuk menjalankan tugas berbahaya ini. Yan yang saat itu sudah berusia
75 tahun menerima tugas itu tanpa ragu, padahal teman-temannya dan
keluarganya merasa khawatir, anak dan cucunya berusaha membujuknya agar
tidak pergi karena sama saja mengantar nyawa, namun sebagai abdi negara
ia bertekad bulat akan menjalankan tugasnya sebaik mungkin.
Setelah
melalui perjalanan yang panjang dan melelahkan, Yan tiba di markas
besar Li di Xuzhou. Di depan kediaman Li, ia disambut para prajurit
dengan senjata terhunus, mereka menggertak Yan dengan kata-kata kasar
dan wajah beringas namun Yan tetap tenang dan menatap mereka dengan
marah. Melihat gertakan pertamanya tidak mempan, Li akhirnya keluar dan
menyambutnya. Di ruang pertemuan, Yan dengan berani mengutuk Li dan para
bawahannya yang memberontak sehingga Li memerintahkan agar ia
dijebloskan ke penjara. Beberapa hari kemudian Li memerintahkan
orang-orangnya untuk menggali lubang besar. Ia lalu membawa Yan ke depan
lubang dan memberi penawaran agar Yan bersumpah setia dan mengabdi
padanya atau akan dikubur hidup-hidup, namun Yan menolaknya
mentah-mentah, ia menyatakan siap mati daripada menyerah pada
pemberontak. Li pun tidak dapat berbuat apa-apa selain mengembalikannya
ke penjara.
Beberapa
hari kemudian, Li memerintahkan orang-orangnya untuk menyalakan api
yang besar di lapangan. Sekali lagi ia memberikan tawaran menyerah pada
Yan atau akan dibakar hidup-hidup. Namun Yan malah berjalan ke arah api
tanpa rasa takut. Bagaimanapun Li masih membutuhkan tenaga orang
terpelajar dan berpengalaman dalam pemerintahan seperti Yan sehingga ia
memerintahkan pengawalnya untuk menghentikan langkah Yan, ia pun kembali
dipenjara.
Tak
lama kemudian, Li Xilie mengangkat dirinya sebagai kaisar. Mendengar
hal ini, Yan mengutuk Li dengan keras, ia menyebutnya sebagai
pemberontak tidak tahu malu. Ia juga bersumpah tidak akan pernah
menyerah padanya. Li Xilie akhirnya kehabisan akal untuk membujuknya
sehingga memerintahkan agar Yan dihukum mati. Tahun 785, Yan Zhenqing,
pejabat setia itu, dihukum mati dengan cara dicekik di Kuil Longxing di
Caizhou, Henan. Pada saat-saat terakhirnya pun ia terus mengutuk Li dan
di wajahnya tidak pernah terlihat ekpresi takut.
Ketika
mendengar kabar kematiannya, Kaisar Dezong meliburkan dewan
pemerintahan selama lima hari sebagai tanda berkabung dan
menganugerahkan gelar anumerta Wenzhong bagi Yan Zhenqing. Kematiannya
yang mulia ditangisi oleh rakyat dan tentara. Sebuah kuil dibangun untuk
memperingatinya. Pada masa Dinasti Song, kuil itu dipindahkan ke
Shandong dan kini menjadi salah satu objek wisata.
**
Prestasi di bidang kaligrafi
Prestasi
Yan Zhenqing di bidang ini disejajarkan dengan Wang Xizhi yang dianggap
nabi kaligrafi. Spesialisasinya adalah tulisan kaishu dan tulisan cao,
selain itu ia juga menguasai tipe-tipe tulisan lainnya. Gayanya yang
disebut gaya Yan dalam tulisan kai, membawa Tiongkok dalam era baru yang
menekankan pada ketebalan dan kebesaran karakter-karakter hanzi.
Seperti kebanyakan ahli-ahli kaligrafi lain, Yan juga mempelajari
keahliannya dari ahli-ahli lain seperti Zhang Xu dan Chu Suiliang. Zhang
sangat ahli dalam tulisan cao yang menekankan pada komposisi dan urutan
goretan secara keseluruhan; sementara Chu terkenal dengan gaya
penulisannya yang lemah gemulai dan memurnikan tulisan kai. Yan juga
mendapatkan inspirasi dari gaya Wei Bei yang berasal dari suku minoritas
utara yang terfokus pada kekuatan dan kesederhanaan Kaligrafi Yan
Zhenqing dalam Prasasti Yan QinliKarya-karya kaligrafi Yan yang terkenal
antara lain :
* Prasasti Pagoda Duobao (多宝塔碑)
* Prasasti Li Yuanjing (李元靖碑)
* Prasasti Kuil Keluarga Yan (颜家庙碑)
* Catatan Magu Xiantan (麻姑仙坛记)
* Prasasti Yan Qinli (颜勤礼碑)
**
Pengaruh
Gaya
kaligrafi Yan Zhenqing mengasimilasi intisari kaligrafi dalam lima
ratus tahun sebelumnya. Hampir semua ahli kaligrafi setelah jamannya
terpengaruh oleh gayanya. Seorang master kaligrafi bernama Liu Gongquan
pernah belajar di bawah bimbingannya. Yang Ningshi, seorang ahli
kaligrafi terkenal pada Zaman Lima Dinasti dan Sepuluh Negara,
sepenuhnya mewarisi gaya Yan dan mempertegas goresannya.
Trend
meniru gaya Yan ini mencapai puncaknya pada masa Dinasti Song. “Empat
ahli kaligrafi besar” jaman Song yaitu Su Shi, Huang Tingjian, Mi Fu,
dan Cai Xiang semua mempelajari gaya Yan. Su Shi bahkan mengklaim bahwa
kaligrafi Yan Zhenqing tiada tandingannya sepanjang sejarah.
Setelah
jaman Song, popularitas Yan Zhenqing sedikit menurun karena para ahli
kaligrafi cenderung mencoba cara yang lebih abstrak dalam berekspresi.
Namun gaya Yan masih tetap dianggap penting, beberapa ahli kaligrafi
terkenal seperti Zhao Mengfu dan Dong Qichang dikatakan terinspirasi
oleh gaya Yan.
Pada
masa kontemporer, ahli kaligrafi terkemuka seperti Shen Yinmo dan Sha
Menghai melakukan riset mendalam terhadap gaya Yan sehingga gaya ini
kembali populer. Dewasa ini, hampir semua orang yang mempelajari
kaligrafi Tiongkok meniru gaya Yan ketika pertama kali mengambil kuas.
Pengaruh Yan Zhenqing juga menyebar ke luar negeri seperti Korea,
Jepang, dan Asia Tenggara.

Part of Yan Qinli Stele, Yan Zhenqing’s masterpiece (the stele is on permanent display in Bei Lin, Xi’an)